Merawat Asa Kemerdekaan: Perspektif Generasi Muda - SMP Edu Global Bandung - Sekolah Bilingual dan Nasional Plus

Welcome to

SMP Edu Global Bandung

Smart | Righteous | Talented

Merawat Asa Kemerdekaan: Perspektif Generasi Muda

Foto: Upacara Kemerdekaan SMP Edu Global Bandung

Dalam rangka memperingati 79 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, penting bagi generasi muda Tanah Air untuk melakukan refleksi. Merenungkan dan memahami pentingnya arti  kemandirian. Refleksi ini juga akan menjadi titik awal untuk menentukan arah pergerakan pemuda Indonesia di masa depan.


Mengingat Perjuangan

Menatap masa lampau, 100 tahun yang lalu. Suatu peristiwa yang menakjubkan dan monumental dalam  sejarah bangsa Indonesia. Saat itu, para pemuda dari berbagai etnis nusantara bertemu untuk berdiskusi dan mendeklarasikan cita-cita bersama dalam hidup berbangsa.

Generasi muda yang berjiwa besar ini berani meninggalkan egosentrisme dan etnosentrisme demi mewujudkan cita-cita kolektifnya, yakni menjadi bangsa yang mandiri (Nusantara, 2021). Sebagai wujudnya, Ikrar Pemuda diluncurkan sebagai kesepakatan bersama pada masa perjuangan  kemerdekaan. Menurut Afrianto (2020), meski kemajuan gerakan pemuda terlihat sangat dinamis dan heterogen, namun mempunyai corong yang sama. Organisasi berbasis komunitas semakin berkembang, namun keberagaman ini juga telah melahirkan mimpi besar, impian kemerdekaan.

Perjanjian dan Ikrar Pemuda  menjadi landasan perjuangan pemuda di masa depan. Sumpah Pemuda berhasil mengukuhkan jati diri bangsa dan mempersatukan generasi muda dari berbagai suku, agama, dan daerah. Dalam suasana penuh tekanan pada masa penjajahan Belanda, mereka mengungkapkan keinginannya untuk bersatu dengan penuh keberanian, menyatakan ambisinya untuk menjadi bangsa yang merdeka.

Sejak ikrar pemuda bergaung di seluruh nusantara,  gerakan pemuda semakin tak terbendung. Selanjutnya terjadi berbagai peristiwa menakjubkan sebagai wujud semangat kemerdekaan, seperti peristiwa Rengasdengklok (1945) dan gerakan mahasiswa (1966) yang berperan penting dalam menumbangkan orde lama dan muncullah gerakan reformasi (1998), yang menggulingkan Soeharto dari  kekuasaan. Gerakan pemuda terus berkembang secara lokal, nasional, dan internasional.

Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan pemuda merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari penggerak perjalanan negeri ini. Mereka adalah aktor-aktor sejarah yang berperan strategis dalam mewujudkan perubahan sosial, politik, dan budaya.Tak heran jika penulis Pramoedya Ananta Toer (1925-2006) mengatakan, “sejarah dunia adalah sejarah orang muda. Jika angkatan muda mati rasa, matilah sejarah bangsa”.


Tantangan Pemuda Sekarang

Belakangan ini permasalahan sosial di masyarakat Indonesia semakin kompleks. Negara saat ini  berada dalam dunia yang penuh dengan keresahan akibat konflik sosial, politik, ekonomi dan budaya. Sejarah seolah membawa generasi muda  kembali  dengan cita-cita yang sama, meski bentuk dan cara perjuangannya berbeda. Tantangan generasi muda saat ini  dapat dengan mudah dijelaskan melalui beberapa cara:

Pertama, generasi muda saat ini sedang menghadapi tantangan krisis identitas nasional  akibat  globalisasi. Menurunnya nilai-nilai dan jati diri bangsa dibarengi dengan penetrasi media sosial yang menanamkan informasi, budaya, dan nilai-nilai baru ke dalam budaya generasi muda. Pancasila yang seharusnya menjadi landasan nilai-nilai kolektif, kini dibayangi oleh aliran ideologi sayap kanan dan sayap kiri. Generasi muda kehilangan acuan ideologinya dan terpapar pada arus ideologi lain yang menyebar di ruang publik.

 Kedua, generasi muda Indonesia saat ini menghadapi tantangan perekonomian yang  kompleks. Tantangan ini tercermin dari meningkatnya pengangguran akibat otomatisasi di sektor industri.

Kekhawatiran generasi muda Indonesia terhadap tantangan perekonomian nasional tercermin dalam studi yang diterbitkan oleh McKinsey Multinational Management Consultants (2019), yang memperkirakan setidaknya 23 juta pekerjaan di Indonesia akan hilang dalam beberapa tahun ke depan. Jika tantangan perekonomian ini tidak diatasi, generasi muda Indonesia berisiko terjerumus ke dalam lingkaran setan kemiskinan dan menurunnya kualitas hidup.

 Ketiga, generasi muda saat ini menghadapi tantangan perubahan iklim. Isu yang berdampak langsung pada masa depan generasi muda. Gabriela Fernando (2020) menyatakan bahwa generasi muda merupakan kelompok yang terkena dampak perubahan iklim  di kawasan Asia Tenggara. Jika hal ini tidak diantisipasi, krisis iklim akan berdampak langsung pada degradasi lingkungan, bencana hidrometeorologi, krisis air minum, bahkan krisis pangan di masa depan.

 Ketiga isu kritis ini hanyalah sebagian dari sekian banyak isu lain yang menjadi perhatian generasi muda saat ini. Jika tantangan dan krisis ini tidak segera diatasi, hal ini dapat menjadi bibit permasalahan lainnya.


Refleksi Momentum Kemerdekaan

 Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia tidak boleh hanya dibatasi pada acara-acara formal dan simbolis tanpa refleksi, pertimbangan dan makna. Bagi generasi muda, momen  kemerdekaan ini  harus dijadikan sebagai wahana untuk menentukan arah langkah ke depan dan mengisi kemerdekaan dengan perjuangan dan tindakan produktif yang penting bagi kemajuan dan kemajuan bangsa Indonesia.

 Pada akhirnya, di tahun ke-79 berdirinya Republik ini, generasi muda harus  membawa harapan dan keyakinan untuk terus menanamkan kemerdekaan dengan visi yang melampaui batas. Kepercayaan diri ini menimbulkan semangat kemandirian pada generasi muda. Kepercayaan diri tidak boleh hilang atau hilang di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks. Karena serupa dengan ungkapan Sukarno:

“Bangsa yang tidak percaya pada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka”.



Author: Muhammad Amrullah, S.Pd.

 



Please write your comments

Join EGS to become a great future leader. Now!